Kamis, 05 Juli 2012


Heboh Artefak Sejarah di Ketapang.. Dikira Biasa Batu-bata untuk Bangun Sarang Walet


Ketapang  merupakan kabupaten yang penuh dengan kisah-kisah kerajaan Melayu dan memiliki peninggalan masa jaman kerajaan Tanjung Pura yang belum terkuak ke permukaan dan belum tampak bangunan yang membuktikan kisah eksistensi dari keberadaan suatu kerajaan yakni Tanjung Pura.
Kota yang dijuluki kota Ale-ale ini kembali menghebohkan masyarakat Kabupaten Ketapang dengan adanya penemuan artefak berupa batu-bata yang tersusun rapi di dalam dasar tanah pada empat hari yang lalu di desa NEGRI BARU Ketapang.

Pada awalnya masyarakat setempat hanya menilai susunan batu itu yang ada di permukaan hanya batu-bata biasa saja tanpa mencari tahu batu-bata yang di permukaan milik siapa.

Masyarat setempat bahkan sering mengambil untuk keperluan di kampungnya ada yang diambil untuk bangunan masjid dan bahkan dari informasi masyarakat setempat batu-bata itu diambil untuk membuat bangunan rumah walet.

"Sebenarnya pernah diteliti pada tahun 2004 namun hanya peninjauan saja tanpa ada kelanjutan untuk penelitian dan pernah diteliti pada tahun 2007 hingga pada oOktober 2010-lah benar-benar membuat heboh masyarakat kabupaten Ketapang" ujar Badri salah satu masyarakat setempat.

Para peneliti dari berbagai daerah di Indonesia telah datang untuk mencari tahu bangunan apa sebenarnya namun sampai berita ini diluncurkan, masyarakat Ketapang dan para peneliti belum tahu pasti apakah ini merupakan bangunan candi atau berupa istana kerajaan dari pangeran IRANATA. Namun dilihat dari ukiran yang beraneka ragam ada yang berukir tapak kaki, bunga, burung dan lain-lain, batu-bata ini untuk sementara diduga dibikin bukan dari Kalimantan.

Mmenurut para peneliti bangunan yang ditemukan merupakan bangunan yang sangat besar sehingga tidak menutup kemungkinan bangunan ini sepanjang 2Km-5Km
dan beberapa rumah masyarakat berdiri di atas bangunan yang sekarang diteliti dan diduga merupakan bangunan istana dari kerajaan Tanjung Pura.

Pada hari Rabu, 29 September bupati terpilih Henrikus M.si telah turun langsung untuk melihat keberadaan susunan batu-bata yang berada di dalam dasar tanah yang berkedalaman 2 meter ini.